Takdir kami dalam sistem sunnah mu ya allah

12 Januari 2009

AYAT-AYAT TENTANG LARANGAN MEMPERSEKUTUKAN ALLAH (SYIRIK)

Oleh: Nofriyaldi

Larangan Mempersekutukan Allah

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.(QS. Al-Baqarah ayat 22)

Dalam surat al-Baqarah ayat 22 di atas, Allah SWT mengingatkan manusia agar merenungkan alam semesta, lalu menghadirkan Allah (zikrullah) dalam kehidupan ini.
Sebagaimana Buya HAMKA menjelaskan dalam tafsirnya, ayat ini menyeru kita agar berfikir dan merenungkan, dan diikuti dengan merasakan. Dari berbagai fenomena alam yang kita saksikan dengan segala keteraturan dan keseimbangan serta ukuran yang sangat rinci, dan begitu jelasnya pertalian langit dengan bumi yang akhirnya manusia mendapat manfaat sangat banyak olehnya sehingga kehidupan menjadi terjamin, semua itu sangat jelas ada yang menciptakannya; itulah Allah SWT. Tidak mungkin ada kekuasaan lain yang dapat membuat aturan dengan begitu tertibnya. Sebagaimana sambungan ayat di atas Allah mengatakan tidak patut kita menyembah kepada Tuhan kecuali hanya kepada Allah SWT.

Kita disuruh menyembah Allah merupakan tauhid Uluhiyah; penyatuan tempat penyembah. Sebab dia yang telah menciptakan kita dan nenek moyang kita; tidak bersekutu dengan yang lain. Dia juga yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan, menjadikan langit sebagai bangunan, dan dia yang menurunkan hujan, sehingga tumbuh berbagai macam tumbuhan untuk rezki, maka ini disebut tauhid rububiyah.

Sebagaimana sudah dijelaskan tafsiran ayat di atas betapa pentingnya merenungkan alam semesta agar dapat melihat kebesaran Allah di dalamnya, sehinnga manusia diharapkan tidak tersesat dalam mencari menyembah Tuhan.

2. Sesunggunhnya Allah Tiada Menyerupai Sesuatu

Pada ayat 116 Allah mengingatkan dan menegaskan kepada manusia sesungguhnya Maha suci Allah dari sangkaan manusia bahwa Allah telah mengambil anak.
ِArtinya: Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. (al-Baqarah ayat 116)

Sebagaimana yang dijelaskan Buya Hamka orang Nasrani mempunyai kepercayaan bahwa Nabi Isa Al-Masih itu anak Allah. Orang Yahudi ada yang mengatakan bahwa Uzair atau Izair imam besar dan nabi yang membangkitkan kembali kerajaan Bani Israil setelah penawaran raja Nebukadnezar, adalah anak Allah. Orang musyrik penyembah berhalah tanah arab ada yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak Allah dan perempuan semuanya. Di dalam catatan yang oleh orang Yahudi menyebutnya Taurat dikatakan bahwa Bani Israil itu adalah anak Tuhan.

Dalam surat al-Baqarah ayat 116 diatas Allah dengan jelas membantahnya bahwa maha suci Allah dari segala kekurangan, keserupaan, dan kebutuhan, walau sedikitpun.
Dalam surat al-Ikhlas dengan tegas Allah berfirman:
Artinya: 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

3. Sesungguhnya Allah Tidak Ada Tandingannya

Lanjutan surat al-Baqarah ayat 116 diatas Allah tegaskan, Bahkan milik-Nya semata-mata apa yang ada di langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-Nya. Masih dalam surat al-Baqarah, pada ayat 165 Allah memberikan informasi bahwa ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itumengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(al-Baqarah ayat 165)

Yang dimaksud (di anggap) tandingan selain Allah dalam ayat di atas adalah berupa berhala, bintang, maupun manusia biasa yang telah tiada, tatau pemimpin-pemimpin mereka. padahal sesembahan tandingan-taningan mereka itu adalah ciptaan Allah juga. Manusia yang dimaksud tidak hanya menyembahnya saja, tetapi mereka mencintainya, taat kepadanya serta bersedia berkorban untuk dia sebagaimana mereka mencintai Allah.
Orang-orang tersebut sangat berbeda sekali dengan orang-orang yang yang beriman.
Orang-orang yang beriman cinta mereka sangat kuat kepada Allah, yakni lebih mantap daripada cinta kaum musyrikin terhadap tuahn-tuhan atau sesembahan mereka. Ini disebabkan karena orang-orang beriman mencintai-Nya tanpa pamrih. Cinta mereka lahir dari bukti-bukti yang mereka yakini serta pengetahuan tentang sifat-sifat-Nya yang maha indah.

Sungguh berbeda mereka yang beriman dengan yang mempersekutukan Allah. Seandainya para musyirikin atau berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa semua kekuatan hanyalah kepunyaan Allah dan Allah amat pedih siksa-Nya, niscaya mereka menyesal dan tidak akan mengambil tandingan-tandingan bagi Allah apalagi mencintai tandingan-tandingan itu.

Dalam surat al-Ahzab di jelaskan bahwa siksa bagi orang musyrikin itu adalah Jahannam.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

4. Nabi Allah Adalah Manusia Biasa

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

Dalam surat an-Nisa’ di atas dijelaskan, bahwa Maryam lahir dari keluarga Imran, tujuan utama dari ayat ini adalah mendudukkan pandangan Islam tentang hal ihwal Isa’, yang lahir dari rahim Maryam tanpa disentuh laki-laki sebelumnya. Semua pandangan kalangan Kristen terhadap Nabi Isa’ akan terbantah pada pembahasan berikutnya.

5. Al-Masih bukan Tuhan
ِ
Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan. perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

Dalam ayat ini malaikat menyampaiakan pesan Allah kepada Maryam tentang putra yang akan dilahirkannya, kata malaikat: “Allah akan mengajarkan kepadnya al-Kitab, yakni tulis baca, hikmah kemapuan memahami dan melaksanakan sesuatu yang benar, sesuai, wajar, dan tepat, juga mengajar Taurat yaitu kitab suci yang pernah diturunkan kepada Musa AS, karena kandungannya menjadi syariat agama nasrani dan mewayuhkan Injil kepadanya serta akan diutus menjadi Rasul khusus kepada Bani Israil.”

Dalam surat an-nisa’ 171 Allah berfirman:

Artinya: Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Dalam ayat ini dengan tegas Allah mengajak para ahli kitab yang telah melampai batas dalam kepercayaan mereka seperti nasrani mempertuhankan Isa AS dan orang-orang Yahudi yang menuduh Isa AS dan ibunya dengan tuduhan yang amat keji, agar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya karena sesungguhnya Allah adalah semata-mata tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan segala yang di langit dan di bumi adalah milik-Nya.

Setelah menetapkan dan membatalkan paham trinitas, ayat ini menjelaskan hakikat Nabi Isa dan Ibu beliau, sekaligus membuktikan kemustahilan keduanya menjadi Tuhan atau bagian dari Tuhan.

Al-Masih Putra Maryam hanyalah seorang rasul bukan tuhan., tetapi pesuruh-Nya, sebagaimana pesuruh-pesuruh yang lain, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, diapun akan berlalu dan mati, sehingga bagaimana dia dianggap Tuhan? Dan ibunya seorang Siddiqah yang benar dalam niat, ucapan dan perilakunya, serta seorang yang sangat membenarkan dan mempercayai ayat-ayat Allah. Kendati demikian dia dan anaknya tidak wajar dipertuhankan karena, kedua-duanya senantiasa memakan makanan, yakni kedua-duanya membutuhkan makanan, dan yang butuh kepada sesuatu pastilah bukan Tuhan.

Demikian Quraish Shihab menjelaskan tentang Al-Masih yang terdapat dalam ayat di atas. Disini Allah seakan-akan mengundang manusia yang berakal melihat Nabinya secara rasional dan ilmiah, bukan dengan hawa nafsu.

Seorang pemuka gereja yang kharismatik dari aleksandria yang bernama Arius, sekitar abat ke 3 M melemparkan sebuah tantangan yang oleh uskupnya, aleksander, tidak mungkin diabaikan, tetapi akan lebih sulit lagi dijawab: bagaimana mungkin yesus kristus menjadi Tuhan dalam cara yang sama dengan Tuhan Bapa?. Dalam hal ini Arius bermaksud menekankan perbedaan esensial antara Tuhan yang unik dengan semua makhluk ciptaannya. Seperti tertulis dalam suratnya kepada uskup Aleksander, Tuhan adalah “Satu-satunya yang tidak memperanakkan, satu-satunya yang abadi, satu-satunya yang tak berawal, satu-satunya kebenaran, satu-satunya yang memiliki keabadian, satu-satunya yang bijak, satu-satunya yang baik, dan satu-satunya yang kuasa”. Arius menguasai isi kitab suci dengan baik dan dia mempersenjatai argumennya dengan teks-teks kitab suci untuk mendukung klemnya bahwa Kristus san Firman tak lain adalah makhluk seperti kita semua.

Sebuah kenyataan yang tidak boleh diabaikan dikalangan Kristen, walaupun mereka “beriman” kepada Nabi Isa sebagaimana kebanyakan mereka memahaminya, jelas ketika akal fikiran yang jernih, mereka hadapkan kepada kepercayaan mereka, akan menimbulkan keraguan besar.

Setelah membatalkan ketuhanan Isa’ dan maryam dari aspek kemakhlukan mereka, pada ayat 76 membatalkan hal serupa dari segi potensi. Sebagaimana firmannya:
Artinya: Katakanlah(Hai Muhammad): "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(al-Maidah ayat 76)

Dalam ayat ini tidak hanya mengancam penyembah nabi Isa saja, tetapi mengancam penyembahan apapun dan siapapun selain Allah Swt. Hal ini dipahami dari kata Ma La Yamlik / sesuatu yang tidak dapat, biasanya digunakan untuk sesuatu yang tidak berakal.

6. Hanya Allah lah Tuhan Yang Wajib Disembah

Setelah menjelaskan beberapa bentuk penyembahan kepada selain Allah di atas, pada surat al-An’am disebutkan Tuhan yang pantas dijadikan sesembahan.

Sebagaimana terdapat pada ayat 14:

Artinya: Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, Padahal Dia memberi Makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik."

Dalam ayat di atas, jelas sekali bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya, yang memberi makan siapapun yang membutuhkan makanan dan apapun jenis makanan, dan Dia tidak diberi makan, yakni tidak membutuhkan makanan. Apakah mungkin menjadikan pelndung selain dia?

Sebagaimana juga firman Allah dalam surat al-An’am ayat 101:

ِArtinya: Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.

Pada hakikatnya, yang dikemukakan dalam ayat diatas sangat jelas,maka ayat diatas berlanjut dengan pertanyaan yang bernada keheranan: Bagaimana dan dari sudut pandang apa yang dapat membenarkan Dia mempunyai anak, padahal dia tidak mempunyai istri, walaupun anak itu dapat lahir tanpa ayah. Dan anak pasti memiliki keserupaan dengan ayah, padahal tidak akan keserupaan antara Allah dengan selainnya karena dia pencipta dan dia menciptakan segala sesuatu dank arena itu pula dia tidak perlu melahirkan, apalagi anak dibutuhkan untuk melanjutkan keturunan atau membantu ibu bapak dikala tua, dan itu semua tidak dibutuhkan Tuhan. Selanjutnya karena kekuasaan tidak sempurna tanpa pengetahuan, maka dalam ayat di atas lebih jauh menegaskan bahwa disamping dia mencipta, dia mengetahui segala sesuatu sehingga dengan demikian dia pasti Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam surat al-An’am ayat 150 Allah menjelaskan:
ِ
Artinya: Katakanlah: "Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini" jika mereka mempersaksikan, Maka janganlah kamu ikut pula menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka.

Dalam ayat ini Allah melarang menyaksikan bersama mereka, maksudnya adalah buktikan kebohongan mereka, dan tampik dalih-dalih mereka. demikian Quraish Shihab menjelaskannya, karena yang membenarkan seseorang, sama dengan menyetujui dan mengikuti pendapatnya.

Bukankah sangat tercela kalau ada yang bermaksud apalagi kalau hadir memenuhi panggilan untuk membuktikan kebenaran mempersekutukan Allah atau mengharamkan apa yang dilarangnya.

Ayat di atas ditutup dengan menyebutkan tiga sifat buruk orang-orang musyrikin.

Pertama: mendustakan agama, kedua: tidak beriman kepada kehidupan akhirat, dan yang ke Tiga : mempersekutukan Allah. Setiap sifat tersebut digabungkan dengan kata “dan”. Kata ini berfungsi menunjukkan kemantapan sifat-sifat buruk itu kepada diri mereka.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim, Depag

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz I & Juz III

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Volume 1, 2, 3, & 4. Jakarta: lentera Hati, 2002

Karen Amnstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan Yang Di Lakukan Oleh Orang-Orang Yahudi, Kristen, Dan Islam Selama 4000 Tahun. Terj. Zaimul Am. Judul Asli: A Histori of Good: The 4000- Year Quest of Judaism, Cristianity, and Islam. Mizan, 2006