Takdir kami dalam sistem sunnah mu ya allah

20 Mei 2009

06 April 2009

Kesetaraan Jender Dalam Ibadah

Oleh: Nofriyaldi

Sesungguhnya Allah telah menciptakan sesuatu dengan sebaik-baik ciptaan. ada yang berpendapat, manusia adalah sebaik-baik ciptaan. ada yang sepakat dengan pendapat ini dan ada yang tidak sepakat. ada pula orang yang mengatakan laki-laki lebih sempurna dari pada wanita. saya pikir ini sangat tidak tepat.

saya pikir yang lebih tepat adalah, secara biologis laki-laki dan perempuan diciptakan dengan potensi dan fungsinya masing-masing. Sedangkan Allah memberikan amanah kepada masing-masing berdasarkan kodratnya. antara keduanya harus saling kerja sama, agar tercipta kehidupan lebih baik.

Dalam konteks social, laki-laki dan perempuan sama-sama mendapat amanah, haq dan kewajiban yang sama dari Allah SWT, baik dalam bergaul, mencari nafkah, menuntut ilmu, memberikan pendidikan, berpolitik, dan dan-lain-lain.

Begitu juga dalam masalah ibadah Mahdhah, Allah telah menetapkan kesamaan kewajiban dalam melaksanakannya. hanya saja berbeda dalam masalah teknisnya. seperti perempuan tidak wajib shalat, puasa dan membaca al-Qur’an apabila haid dan nifas. laki-laki berhak menjadi imam karenan Rasulullah mencontohkannya. sedangkan wanita boleh menjadi imam apabila tidak ada laki-laki yang ikut shalat dengan mereka. demikian yang saya ketahui dari yang saya baca.

Berbeda dengan wanita, tidak ada contoh sekalipun dibolehkan menjadi imam shalat selama laki-laki masih ada yang akan ikut dalam shalat mereka, kecuali amina wadud yang pernah mencontohkannya yang intelektualitas beliau dibesarkan oleh orientalis.

Menurut saya di dunia ini tidak ada yang setara, yang ada adalah saling melengkapi agar tercipta kebersamaan. kalaupun ada isu kesetaraan jender, itu semua lebih kepada mendonkrak semangat wanita untuk terus maju dan ikut bersaing dengan laki-laki dalam mengejar ketertinggalan. baik dalam konteks sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesempatan yang sama, politik, kebebasan berpendat, memecahkan masalah bersama, dan lain-lain. hal ini saya pikir dibenarkan dalam Islam.

Selama ini wanita memang termarginalkan oleh laki-laki dari yang demikian, semua itu terjadi lebih kepada budaya yang tidak baik yang mengakar ditengah-tengah masyarakat. dan pemahaman masyarakat terhadap teks agama yang tersalah. hal ini tidak hanya perempuan yang harus pemperbaikinya, tetapi juga laki-laki.

Lain halnya dengan masalah Ketetapan Ibadah mahdhah dalam islam, semuanya sudah sangat jelas, baik secara teknis maupun secara hukum. manusia hanya bisa mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah, tidak berhak mengotak atik. sebab kalau sudah diotak-atik, seperti yang dilakukan Amina Wadud, tentu tata cara itu tidak lagi dari Allah, tapi dari amina wadud.

Dalam masalah Ibadah, ada yang bisa berubah hukumnya berdasarkan kebutuhan dan konteks, tetapi hanya ibadah Ghairu mahdhah. tidak Ibadah Mahdhah seperti Shalat berikut dengan teknisnya. karena Rasulullah SAW bersabda, Shalatlah kamu seperti aku Shalat.

Masalah imam dalam shalat tidak ada indikasi pembodohan, merendahkan dan pelecehan terhadap wanita didalamnya. yang ada adalah ketundukan, sama-sama rendah dihadapan sang khaliq, tafakkur, Khusyuk, menyerahkan diri sepenuh hati kepada-Nya.

Dalam shalat tidak ada yang lebih tinggi dihadapan Allah, semuanya sama, termasuk Imam, dia hanya sebatas komando dalam bermunajad kepada Allah.

sekali lagi, Imam Shalat hanya komando dalam merendahkan diri kepada Allah secara fertikal. dia tidak berhak membuat keputusan apapun, kecuali menjalankan ketetapan yang sudah jelas.

Berbeda dengan masalah hak mendapat pendidikan, hah politik, hak bekerja, dan hak-hak yang lainnya dalam kehidupan social, perempuan harus mengejar ketertinggalannya, karena banyak sekali dalam Al-Qur’an perintah itu kita temukan. Begitu juga contoh-contoh perempuan Islam masa lalu yang sukses yang dapat dijadikan motifator untuk terus maju.

Wallahu a’lam

Tulisan ini adalah komentar saya di, http://islamlib.com/id/artikel/dua-amina/.

20 Maret 2009

ISLAM MELARANG PEMAKSAAN

Oleh: Nofriyaldi

Allah telah menciptakan potensi positif dan negtif di setiap diri manusia, dalam bahasa agamanya, Taqwa dan Fujur (asy-syams:7-10). Agar tidak terjerat dalam sifat negatif, manusia dianjurkan untuk menggunakan akal dalam mencapai hidayah Allah, silahkan lihat al-Qur'an surat yunus (10) ayat 99-102:

99. Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?
100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

101. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman."
102. Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. Katakanlah: "Maka tunggulah, sesungguhnya akupun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kamu."

Silahkan lihat tafsirannya dalam kitab-kitab tafsir, agar kita tidak tersalah dalam memahami ayat ini.

dalam hadits nabi SAW riwayat abu Daud memang ada perintah untuk memukul anak yang berumur tujuh tahun apabila tidak shalat, tapi memahami hadits itu tidak sesederhana itu, apabila diteliti dengan menggunakan kaedah bahasa arab secara baik dan kamus bahasa arab, memukul disana tidaklah bernada kekerarsan, tapi seperti hentakan telapak kaki seseorang ke atas tanah tatkala berjalan santai. disana lebih kepada memukul dengan kasih sayang yang sangat mendalam demi keselamatan sibuah hati.

begitu juga memukul istri yang disinyalir dalam al-Qur'an. lebih kurang memukul tersebut seperti penjelasan kami diatas. yaitu memukul dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta.

Rasulullah memerintahkan kita untuk berda'wah, dan melarang memaksakan kehendak. Da'wah artinya menyeru kepada kebaikan. saya sangat heran melihat saudara-saudara kita yang katanya berda'wah, tetapi dalam da'wahnya tidak jarang mengeluarkan sumpah serapah, padahal dalam islam kita diajarkan berda'wah dengan kasih sayang. dan islam diterima dengan cepat pada massa sahabat dan pada masa khalifah bani umayyah dan bani abbasyah bukan karena kekerasan (baik kekeran kata-kata maupun fisik), tetapi karena kasih sayang dan toleransi yang sangat tinggi. hal ini diakui oleh sarjana barat dan timur.

orang-orang zhalim tidak akan musnah dipermukaan bumi ini, karena potensi itu sengaja diciptakan Allah pada setiap manusia dengan segala rahasianya. ada yang mendapat petunjuk (bagi yang berusaha mencapainya dengan baik) dan ada yang tersesat di lumpur hitam/kesesatan yang sangat nyata. tinggal lagi bagaimana kita orang-orang muslim menyikapih hal demikian dengan bijaksana.

Memahani teks al-Quran dan hadits Nabi SAW tidak bisa dilihat secara teks apa adanya tanpa menggunakan metodologi yang tepat dengan baik dan bahasa arab yang baik. mari kita hati-hati dalam membaca teksnya, agar kita terhindar dari kesan memperkosa ayat-ayat al-Qur'an dan hadits.

semoga setiap ijtihad kita diterangi oleh cahaya petunjuk Allah yang Maha Agung.
Wallahu a'lam....
tulisan ini komentar saya terhadap tulisan saudara kita di, http://fpionline.multiply.com/links/item/37/Benarkah_Hj._IRENA_HANDONO_Penyusup_Dari_Kelompok_Salibis?replies_read=1

07 Maret 2009

Ghazwul-Fikri adalah Rahmat, Bodoh adalah Petaka

Oleh: Nofriyaldi

Sering kita dengar dari ceramah para Ustadz di masjid, sekolah, bahkan universitas, atau opini kebanyakan umat Islam yang sampai hari ini masih saja mudah kita temui, bahwa misionaris baik Yahudi maupun kristiani benar- benar kurang ajar, telah melakukan pelanggaran etika dalam keragaman agama, dan perusak aqidah umat Islam.

Saya melihat opini yang menganggap non muslim begitu licik meruntuhkan sendi2 agama umat Islam sangat sulit diterima secara logis, apalagi kita tidak terlebih dahulu melihat kesalahan umat Islam yang sangat mengabaikan straregi dalam membentengi diri.

Sebenarnya tanpa misionaris (non Muslim), Umat Islam akan menanggalkan sendiri asesoris agamanya yang Haq dengan senang hati, disebabkan kebanyakan Umat Islam kurang menyadari betapa pentingnya pendidikan, terutama pemahaman agama Islam yang merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah (Jalan Hidup Yang ditempuh Rasulullah SAW) dan Ulama tempoe doloe.

Kalaupun ada pesantren yang tersebar di berbagai daerah, kebanyakan dari pesantren tersebut pendidikannya lebih kepada orientasi intelektual " itupun banyak yang gagal melahirkan intelektual Muslim dari rahimnya", sementara moral dan spiritual santri terabaikan begitu saja. Apalagi sekolah-sekolah yang bukan berbasis agama, tentu lebih gagal lagi bagi siswa-siswanya yang juga mengabaikan pentingnya mengenal agama dengan baik.

Kita sudah saatnya berkaca melihat kesalahan sendiri, dan itu saya anggap lebih baik dari pada kita terus menerus menyalahkan orang lain. sementara kita sebenarnya punya kesalahan besar terhadap keberagamaan kita sendiri. Non Muslim punya Haq (diberikan Allah Haq) untuk menjalankan misi mereka, sedangkan umat Islam punya kewajiban mengenal Islam secara kaffah dan berilmu dengan baik agar selamat dunia dan Akhirat.

Apabila non Muslim berhasil menggelincirkan Umat Islam dari agamanya, itu menandakan Umat Islam tersebut dalam keadaan bodoh pemahaman keagamaannya, bukan karena hebatnya non Muslim dalam menjalani misinya. hal ini yang tidak banyak disadari oleh kebanyakan orang-orang Islam.

Wallahu a’lam
Tulisan ini awalnya komentar saya terhadap tulisan sahabat saya Usman, S.HI di blog pribadinya tentang “Ghazwul Fiqri di blog pribadinya lareh-simawa.blogspot.com . Selanjutnya rujuk: http://lareh-simawa.blogspot.com/2008/11/ghazwul-fikri.html
Semoga Allah melindungi kami

ALIRAN SESAT: ANTARA KEBODOHAN UMAT DAN KELEMAHAN ULAMA

Oleh: Nofriyaldi

Maraknya aliran sesat di Indonesia memang telah membuat resah masyarakat Islam pada umumnya. Rasa cemas terus melilit pikiran masyarakat awam sehingga membuat mereka ragu dengan sebuah kebenaran.

Tuntutan tanggung jawab dalam memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi tidak hanya dibebankan kepada ulama dan pemerintah saja, akan tetapi tuntutan bagi setiap pribadi umat Islam harus lebih ditekankan lagi dalam mencari cahaya yang akan menerangi jalan hidup mereka, dengan cara terus mempelajari alQur'an dan Sunnah agar tidak tersesat dalam beragama.

Memang tidak mudah hal ini terealisasi, disinilah tugas setiap ulama dan pemerintah memberikan motifasi dan penyadaran akan pentingnya mencari (Iqra') sebelum mengamalkan agama.

Tidak hanya sampai disitu, Ulama dan pemerintah harus menjadi jalan bagi masyarakat dalam mengatasi krisis intelektual dan spiritual agama yang sudah memenjarakan umat Islam "indonesia" selama ini.

Aliran sesat dari dulu sampai sekarang bahkan sampai kiamat nanti akan tetap hidup ditengah-tengah umat, yang perlu kita lakukan hari ini adalah bagaimana mempersiapkan masyarakat Islam yang siap dalam menghadapi tantangan aqidah yang akan merong-rong keyakinan mereka, disamping mendialokhkan segala pemahaman yang ada untuk dijadikan jalan perdamaian agar umat juga dewasa dalam menghadapi keragaman ideologi.

sebenarnya tidak selamanya aliran sesat menjadi buruk kehadirannya ditengah-tengah umat yang dikenal mayoritas Islam ini. dengan adanya aliran sesat yang dijadikan alternatif lain dalam berkeyakinan oleh sebahagian umat Islam yang awam dengan agamanya seharusnya menjadi jalan koreksi bagi “Ulama” akan ke Ulamaannya.

Bisa jadi terlalu banyak "dosa" (kelemahan) Ulama terhadap umat Islam, sehingga harus dibayar dengan sesatnya masyarkat dalam ber'aqidah. mari kita fikirkan bersama.
Wallahu a'lam......

Tulisan ini adalah komentar terhadap tulisan saudara kami Muhammad Sholihin, yang berjudul ALIRAN SESAT: ANTARA PENYIMPANGAN DAN PROTES. Selanjutnya rujuk http://amrclub.blogspot.com/2007/11/aliran-sesat-antara-penyimpangan-dan.html.

27 Februari 2009

MUI dan Fatwa Pengharaman Rokok

Oleh : Nofriyaldi

Usaha MUI dalam menyikapi rokok, pantas mendapat apresiasi dari seluruh masyarakat. Karena MUI benar-benar telah melakukan tugas-tugas penting-Nya sebagai lembaga MUI.

Fatwa haramnya rokok, saya sependapat perlu dicabut kembali. alasannya bukan persoalan perekonomian rakyat yang akan merugi, atau mengurangi devisa negara. tapi lebih kepada tidak rasionalnya MUI memakaikan kata HARAM terhadap tiga konteks yang MUI maksud.

HARAM artinya apabila dikerjakan dapat dosa, sedangkan apabila ditinggalkan dapat pahala. sangat tidak logis dan tidak tepat dilihat dalam perspektif islam label haram di sandangkan kepada anak-anak yang belum taklif, karena kesalahan yang dilakukan anak-anak jelas itu tanggung jawab orang tua, masyarakat dan lembaga pendidikan, begutu juga pemerintah.

selanjutnya fatwa HARAM untuk orang hamil, sepertinya MUI melihat dampak buruk rokok hanya pada orang hamil, atau janin yang dikandungnya, sedangkan orang yang tidak hamil seolah-olah tidak ada dampak negatif rokok padanya. jelas fatwa MUI sangat tidak masuk akal dan saya melihat MUI terkesan mengada-ada.

Selanjutnya fatwa HARAM merokok ditempat ramai.
disini MUI sangat tidak tepat memakaikan haram merokok. karena dampak merokok tidak hanya pada tempat keramaian, tetapi juga tatkala seseorang merokok dalam keadaan sendiri.

MUI sebenarnya bukan memfatwakan rokok itu haram, tetapi mengHARAMkan merokok pada tiga konteks di atas.

saya pikir MUI untuk fatwa yang satu ini sangat-sangat tidak ilmiah, dan perlu dikaji ulang kembali.
kalau memang MUI menginginkan fatwa ini dalam tiga konteks di atas, lebih tepat “MUI MELARANG KERAS” karena MELARANG KERAS ada dua kemungkinan di dalamnya, 1. Haram dan ke 2. makruh. jadi, masyarakat berhak menekankan salah satu hukum yang mereka anggap lebih tepat terhadap tiga konteks di atas.

Solusi yang kedua, MUI memfatwakan Merokok HARAM baik zat Dan sifatnya. mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya. agar masyarakat tidak ragu apa hukum sebenarnya merokok dalam islam menurut perspektif MUI.

Kesimpulannya, yang menjadi masalah bukan pada tiga konteks yang diharamkan merokok oleh MUI, tapi memakaikan kata HARAM terhadap konteks yang dimaksud.

Wallahu a’lam

Tulisan ini komentar saya terhadap artikel Abd Muqsith Alghazali di situs islamlib.com, tentang tsnggspsnnys terhsdsp fstwa MUI. selanjutnya rujuk: http://islamlib.com/id/komentar/mui-dan-fatwa-pengharaman-merokok/

12 Januari 2009

AYAT-AYAT TENTANG LARANGAN MEMPERSEKUTUKAN ALLAH (SYIRIK)

Oleh: Nofriyaldi

Larangan Mempersekutukan Allah

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.(QS. Al-Baqarah ayat 22)

Dalam surat al-Baqarah ayat 22 di atas, Allah SWT mengingatkan manusia agar merenungkan alam semesta, lalu menghadirkan Allah (zikrullah) dalam kehidupan ini.
Sebagaimana Buya HAMKA menjelaskan dalam tafsirnya, ayat ini menyeru kita agar berfikir dan merenungkan, dan diikuti dengan merasakan. Dari berbagai fenomena alam yang kita saksikan dengan segala keteraturan dan keseimbangan serta ukuran yang sangat rinci, dan begitu jelasnya pertalian langit dengan bumi yang akhirnya manusia mendapat manfaat sangat banyak olehnya sehingga kehidupan menjadi terjamin, semua itu sangat jelas ada yang menciptakannya; itulah Allah SWT. Tidak mungkin ada kekuasaan lain yang dapat membuat aturan dengan begitu tertibnya. Sebagaimana sambungan ayat di atas Allah mengatakan tidak patut kita menyembah kepada Tuhan kecuali hanya kepada Allah SWT.

Kita disuruh menyembah Allah merupakan tauhid Uluhiyah; penyatuan tempat penyembah. Sebab dia yang telah menciptakan kita dan nenek moyang kita; tidak bersekutu dengan yang lain. Dia juga yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan, menjadikan langit sebagai bangunan, dan dia yang menurunkan hujan, sehingga tumbuh berbagai macam tumbuhan untuk rezki, maka ini disebut tauhid rububiyah.

Sebagaimana sudah dijelaskan tafsiran ayat di atas betapa pentingnya merenungkan alam semesta agar dapat melihat kebesaran Allah di dalamnya, sehinnga manusia diharapkan tidak tersesat dalam mencari menyembah Tuhan.

2. Sesunggunhnya Allah Tiada Menyerupai Sesuatu

Pada ayat 116 Allah mengingatkan dan menegaskan kepada manusia sesungguhnya Maha suci Allah dari sangkaan manusia bahwa Allah telah mengambil anak.
ِArtinya: Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. (al-Baqarah ayat 116)

Sebagaimana yang dijelaskan Buya Hamka orang Nasrani mempunyai kepercayaan bahwa Nabi Isa Al-Masih itu anak Allah. Orang Yahudi ada yang mengatakan bahwa Uzair atau Izair imam besar dan nabi yang membangkitkan kembali kerajaan Bani Israil setelah penawaran raja Nebukadnezar, adalah anak Allah. Orang musyrik penyembah berhalah tanah arab ada yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak Allah dan perempuan semuanya. Di dalam catatan yang oleh orang Yahudi menyebutnya Taurat dikatakan bahwa Bani Israil itu adalah anak Tuhan.

Dalam surat al-Baqarah ayat 116 diatas Allah dengan jelas membantahnya bahwa maha suci Allah dari segala kekurangan, keserupaan, dan kebutuhan, walau sedikitpun.
Dalam surat al-Ikhlas dengan tegas Allah berfirman:
Artinya: 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

3. Sesungguhnya Allah Tidak Ada Tandingannya

Lanjutan surat al-Baqarah ayat 116 diatas Allah tegaskan, Bahkan milik-Nya semata-mata apa yang ada di langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-Nya. Masih dalam surat al-Baqarah, pada ayat 165 Allah memberikan informasi bahwa ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itumengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(al-Baqarah ayat 165)

Yang dimaksud (di anggap) tandingan selain Allah dalam ayat di atas adalah berupa berhala, bintang, maupun manusia biasa yang telah tiada, tatau pemimpin-pemimpin mereka. padahal sesembahan tandingan-taningan mereka itu adalah ciptaan Allah juga. Manusia yang dimaksud tidak hanya menyembahnya saja, tetapi mereka mencintainya, taat kepadanya serta bersedia berkorban untuk dia sebagaimana mereka mencintai Allah.
Orang-orang tersebut sangat berbeda sekali dengan orang-orang yang yang beriman.
Orang-orang yang beriman cinta mereka sangat kuat kepada Allah, yakni lebih mantap daripada cinta kaum musyrikin terhadap tuahn-tuhan atau sesembahan mereka. Ini disebabkan karena orang-orang beriman mencintai-Nya tanpa pamrih. Cinta mereka lahir dari bukti-bukti yang mereka yakini serta pengetahuan tentang sifat-sifat-Nya yang maha indah.

Sungguh berbeda mereka yang beriman dengan yang mempersekutukan Allah. Seandainya para musyirikin atau berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa semua kekuatan hanyalah kepunyaan Allah dan Allah amat pedih siksa-Nya, niscaya mereka menyesal dan tidak akan mengambil tandingan-tandingan bagi Allah apalagi mencintai tandingan-tandingan itu.

Dalam surat al-Ahzab di jelaskan bahwa siksa bagi orang musyrikin itu adalah Jahannam.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

4. Nabi Allah Adalah Manusia Biasa

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

Dalam surat an-Nisa’ di atas dijelaskan, bahwa Maryam lahir dari keluarga Imran, tujuan utama dari ayat ini adalah mendudukkan pandangan Islam tentang hal ihwal Isa’, yang lahir dari rahim Maryam tanpa disentuh laki-laki sebelumnya. Semua pandangan kalangan Kristen terhadap Nabi Isa’ akan terbantah pada pembahasan berikutnya.

5. Al-Masih bukan Tuhan
ِ
Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan. perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

Dalam ayat ini malaikat menyampaiakan pesan Allah kepada Maryam tentang putra yang akan dilahirkannya, kata malaikat: “Allah akan mengajarkan kepadnya al-Kitab, yakni tulis baca, hikmah kemapuan memahami dan melaksanakan sesuatu yang benar, sesuai, wajar, dan tepat, juga mengajar Taurat yaitu kitab suci yang pernah diturunkan kepada Musa AS, karena kandungannya menjadi syariat agama nasrani dan mewayuhkan Injil kepadanya serta akan diutus menjadi Rasul khusus kepada Bani Israil.”

Dalam surat an-nisa’ 171 Allah berfirman:

Artinya: Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Dalam ayat ini dengan tegas Allah mengajak para ahli kitab yang telah melampai batas dalam kepercayaan mereka seperti nasrani mempertuhankan Isa AS dan orang-orang Yahudi yang menuduh Isa AS dan ibunya dengan tuduhan yang amat keji, agar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya karena sesungguhnya Allah adalah semata-mata tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan segala yang di langit dan di bumi adalah milik-Nya.

Setelah menetapkan dan membatalkan paham trinitas, ayat ini menjelaskan hakikat Nabi Isa dan Ibu beliau, sekaligus membuktikan kemustahilan keduanya menjadi Tuhan atau bagian dari Tuhan.

Al-Masih Putra Maryam hanyalah seorang rasul bukan tuhan., tetapi pesuruh-Nya, sebagaimana pesuruh-pesuruh yang lain, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, diapun akan berlalu dan mati, sehingga bagaimana dia dianggap Tuhan? Dan ibunya seorang Siddiqah yang benar dalam niat, ucapan dan perilakunya, serta seorang yang sangat membenarkan dan mempercayai ayat-ayat Allah. Kendati demikian dia dan anaknya tidak wajar dipertuhankan karena, kedua-duanya senantiasa memakan makanan, yakni kedua-duanya membutuhkan makanan, dan yang butuh kepada sesuatu pastilah bukan Tuhan.

Demikian Quraish Shihab menjelaskan tentang Al-Masih yang terdapat dalam ayat di atas. Disini Allah seakan-akan mengundang manusia yang berakal melihat Nabinya secara rasional dan ilmiah, bukan dengan hawa nafsu.

Seorang pemuka gereja yang kharismatik dari aleksandria yang bernama Arius, sekitar abat ke 3 M melemparkan sebuah tantangan yang oleh uskupnya, aleksander, tidak mungkin diabaikan, tetapi akan lebih sulit lagi dijawab: bagaimana mungkin yesus kristus menjadi Tuhan dalam cara yang sama dengan Tuhan Bapa?. Dalam hal ini Arius bermaksud menekankan perbedaan esensial antara Tuhan yang unik dengan semua makhluk ciptaannya. Seperti tertulis dalam suratnya kepada uskup Aleksander, Tuhan adalah “Satu-satunya yang tidak memperanakkan, satu-satunya yang abadi, satu-satunya yang tak berawal, satu-satunya kebenaran, satu-satunya yang memiliki keabadian, satu-satunya yang bijak, satu-satunya yang baik, dan satu-satunya yang kuasa”. Arius menguasai isi kitab suci dengan baik dan dia mempersenjatai argumennya dengan teks-teks kitab suci untuk mendukung klemnya bahwa Kristus san Firman tak lain adalah makhluk seperti kita semua.

Sebuah kenyataan yang tidak boleh diabaikan dikalangan Kristen, walaupun mereka “beriman” kepada Nabi Isa sebagaimana kebanyakan mereka memahaminya, jelas ketika akal fikiran yang jernih, mereka hadapkan kepada kepercayaan mereka, akan menimbulkan keraguan besar.

Setelah membatalkan ketuhanan Isa’ dan maryam dari aspek kemakhlukan mereka, pada ayat 76 membatalkan hal serupa dari segi potensi. Sebagaimana firmannya:
Artinya: Katakanlah(Hai Muhammad): "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(al-Maidah ayat 76)

Dalam ayat ini tidak hanya mengancam penyembah nabi Isa saja, tetapi mengancam penyembahan apapun dan siapapun selain Allah Swt. Hal ini dipahami dari kata Ma La Yamlik / sesuatu yang tidak dapat, biasanya digunakan untuk sesuatu yang tidak berakal.

6. Hanya Allah lah Tuhan Yang Wajib Disembah

Setelah menjelaskan beberapa bentuk penyembahan kepada selain Allah di atas, pada surat al-An’am disebutkan Tuhan yang pantas dijadikan sesembahan.

Sebagaimana terdapat pada ayat 14:

Artinya: Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, Padahal Dia memberi Makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik."

Dalam ayat di atas, jelas sekali bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya, yang memberi makan siapapun yang membutuhkan makanan dan apapun jenis makanan, dan Dia tidak diberi makan, yakni tidak membutuhkan makanan. Apakah mungkin menjadikan pelndung selain dia?

Sebagaimana juga firman Allah dalam surat al-An’am ayat 101:

ِArtinya: Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.

Pada hakikatnya, yang dikemukakan dalam ayat diatas sangat jelas,maka ayat diatas berlanjut dengan pertanyaan yang bernada keheranan: Bagaimana dan dari sudut pandang apa yang dapat membenarkan Dia mempunyai anak, padahal dia tidak mempunyai istri, walaupun anak itu dapat lahir tanpa ayah. Dan anak pasti memiliki keserupaan dengan ayah, padahal tidak akan keserupaan antara Allah dengan selainnya karena dia pencipta dan dia menciptakan segala sesuatu dank arena itu pula dia tidak perlu melahirkan, apalagi anak dibutuhkan untuk melanjutkan keturunan atau membantu ibu bapak dikala tua, dan itu semua tidak dibutuhkan Tuhan. Selanjutnya karena kekuasaan tidak sempurna tanpa pengetahuan, maka dalam ayat di atas lebih jauh menegaskan bahwa disamping dia mencipta, dia mengetahui segala sesuatu sehingga dengan demikian dia pasti Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam surat al-An’am ayat 150 Allah menjelaskan:
ِ
Artinya: Katakanlah: "Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini" jika mereka mempersaksikan, Maka janganlah kamu ikut pula menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka.

Dalam ayat ini Allah melarang menyaksikan bersama mereka, maksudnya adalah buktikan kebohongan mereka, dan tampik dalih-dalih mereka. demikian Quraish Shihab menjelaskannya, karena yang membenarkan seseorang, sama dengan menyetujui dan mengikuti pendapatnya.

Bukankah sangat tercela kalau ada yang bermaksud apalagi kalau hadir memenuhi panggilan untuk membuktikan kebenaran mempersekutukan Allah atau mengharamkan apa yang dilarangnya.

Ayat di atas ditutup dengan menyebutkan tiga sifat buruk orang-orang musyrikin.

Pertama: mendustakan agama, kedua: tidak beriman kepada kehidupan akhirat, dan yang ke Tiga : mempersekutukan Allah. Setiap sifat tersebut digabungkan dengan kata “dan”. Kata ini berfungsi menunjukkan kemantapan sifat-sifat buruk itu kepada diri mereka.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim, Depag

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz I & Juz III

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Volume 1, 2, 3, & 4. Jakarta: lentera Hati, 2002

Karen Amnstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan Yang Di Lakukan Oleh Orang-Orang Yahudi, Kristen, Dan Islam Selama 4000 Tahun. Terj. Zaimul Am. Judul Asli: A Histori of Good: The 4000- Year Quest of Judaism, Cristianity, and Islam. Mizan, 2006