Takdir kami dalam sistem sunnah mu ya allah

24 Agustus 2008

Generasi Muda dan Kemerdekaan Bangsa

Oleh: Nofriyaldi

Generasi muda merupakan penentu arah jalannya sebuah bangsa serta baik buruknya bangsa itu sendiri. Perubahan kearah yang positif, kemajuan pemikiran, pencapaian tujuan yang dicita-citakan setiap generasi sebuah bangsa merupakan tanggung jawab penuh yang harus diemban setiap generasi muda. Dibutuhkan perhatian khusus terhadap pemuda dalam menyiapkan sumber daya manusia potensial untuk menjalankan amanah besar bangsa ini.

Kemerdekaan bangsa indonesia dari kebiadaban penjajah tidaklah didapat secara gratis begitu saja, melainkan kerja keras para pemuda tempoe doloe yang kita kenal hari ini dengan pejuang bangsa, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.

Dengan semangat cinta tanah air atau nasionalisme yang tinggi mereka telah memaksa para penjajah biadab harus angkat kaki dari tanah katulistiwa yang kaya raya ini. Sudah dikenal baik para ahli sejarah bahwa yang melumpuhkan otak penjajah untuk terus menaungi negeri kaya ini bukan senjata pemusnah masal yang dihadapkan moncongnya ke negeri kelahiran mereka, tetapi kecerdasan yang dimiliki sebagian pemuda bangsa seperti Soekarno, Hatta, dan lainnya yang nama harum mereka kebanyakan sudah ditelan ketidak mau tahuan anak bangsa ini. Nasionalisme yang terus menggebu disetiap dada pemuda indonesia pada hari itu mampu meledakkan jantung para tentara biadap bersenapan tajam serta pemimpin-pemimpin mereka yang bermental busuk.

Perangpun terjadi dimana-mana, meriam berdentuman menyisiri detak jantung rakyat jelata, peluru tajam berterbangan seperti lebah hijrah di bawah terik matahari yang panas, mencari sasaran menembus daging, mematahkan tulang para pemberontak pembebasan negeri dari keserakahan manusia. Menghancurkan kepala berlilit merah putih hingga benaknya meleleh seperti timah dipanaskan. Darah sucipun menetes menjadi saksi dan mengharumi tanah bangsa ini, Mengalir dari luka-luka tubuh kesateia gagah berani kebanggaan negeri yang cinta dan semangatnya tidak akan mampu dilumpuhkan bom atom hirosima naga saki.

Sudah 63 th negeri ini terlepas dari kebiadaban para penjajah. Tinta emas yang ditorehkan pejuang bangsa menjadi karya besar mereka untuk negeri ini, kebanyakan mereka menggantinya dengan nyawa sendiri, sehingga tidak merasakan bagaimana rasanya hidup ditanah merdeka, menghirup udara pagi dibawah teras rumah ditemani secangkir teh sambil memandangi anak cucu tersayang bermain lucu-lucuan dihadapannya. Mungkin itu lebih baik bagi mereka, karena banyak pejuang bangsa yang masih hidup sampai hari ini merasa dijajah lebih kejam dari penjajah tempo dulu.

Sampai hari ini pejuang yang sudah terlebih dahulu menemui ajalnya tidak pernah terdengar teriakan dari tanah pekuburan mereka terlintas ditelinga pemuda hari ini meminta ganti rugi atas jasa-jasa mereka sedikit pun. Memang jasa-jasanya tidak akan tergantikan oleh siapapun dan dengan apapun.

Mungkin mereka sedang menikmati indahnya pelayanan syurga di bawahnya mengalir sungai-sungai yang tiada banding, atau bidadari sangat cantik sedang memeluk erat tubuh perkasa mereka pelepas letih habis berjuang membebaskan negeri dari keserakahan penjajah, sebagai ganjaran atas jihad yang mereka lakukan selama ini, mungkin juga mereka sedang terpana melihat keMaha Agung-an Tuhan, yang selama ini menjadi motor penggerak sendi-sendi mereka dalam perjuangan.

Atau mereka sedang menangisi dan meratapi kenyataan yang ada. Bukan kesakitan karena tulang dan daging mereka hancur dihantam peluru, atau dijepit tanah pekuburan karena dosa, tetapi karena negeri mereka dikhianati oleh anak cucu negerinya sendiri yang bermental busuk lebih busuk dari penjajah yang mereka perangi selama ini. Itulah para koruptor berbadan manusia, berotak tikus, berhati setan, dan bermental sangat lemah yang sangat memalukan.

Sesekali mereka (pejuang) mungkin melebarkan senyum melihat anak cucu kebanggaan mereka yang telah mewarsi keberanian seperti mereka sedang berusaha mencari solusi memberantas hama bangsa ini, walaupu tidak jarang nasib mereka tidak lebih buruk dari kakeknya (pejuang) yang sudah dulu mati.

Hari ini rakyat indonesia banyak terpenjara dibalik jeruji kebodohan berantai kemiskinan. Itulah nasib rakyat jelata yang terus dipaksa untuk hidup dalam kebimbangan, bagi yang melawan akan disiksa oleh penyakit gila yang menyedikan, mereka tidak hanya dibunuh secara perlahan tetapi mereka sudah mati sebelum nyawa mereka meregang.

Sudah saatnya pemuda hari ini mengerahkan segenap kemampuan berjuang melepas rantai yang membelenggu kemajuan bangsa. Dengan cara meningkatkan sumber daya manusia serta peran kita sebagai generasi muda bangsa indonesia. Dengan semangat nasionalisme yang ruhnya jihad Fiisabilillah mencoba keluar dari penjara kebodohan dan melepas rantai kemiskinan yang selama ini sudah menyiksa bangsa. Mari kita ajarkan kepada HPKI (Himpunan Para Koruptor Indonesia) bagaimana cara malu pada diri sendiri, kepada pahlawan bangsa, kepada negeri ini, terutama sekali kepada Tuhan yang maha kuasa, agar mereka sadar ternyata mereka tidak lebih mulia dari cacing gila di tong sampah.

Orang pintar bukanlah orang yang banyak tau, orang pintar adalah orang yang banyak Iqra’ (membaca / belajar). Sedangkan orang bodoh bukan orang yang sedikit tau, tetapi orang yang sedikit Iqra’ (membaca / belajarnya). Ayat Al-Qur’an pertama turun berbunyi perintah Iqra’..., orang banyak tau bisa jadi karena sudah tua umurnya , sudah banyak pengalamannya (karena tuanya). Begitu juga orang yang sedikit tau boleh jadi karena masih kecil. Seseorang disebut pintar tidak bisa diukur dari banyak atau sedikit pengetahuannya, tetapi seberapa banyak dia mempergunakan waktu untuk Iqra’ (membaca / belajar).

Pemuda bangsa hari ini harus berusaha memilih takdirnya sebagai orang pintar. Kalau tidak, dia hanya mampu seperti burung beo cantik sedang terikat di depan rumah majikan. Mata menerawang kesana kemari melihat dunia yang sangat luas, tetapi tidak punya daya untuk menaklukkan. Satu kelebihannya apabila sang majikan ngomong dia ikut ngomong seperti majikan, perbedaannya dia terlalu tolol untuk mengerti apa yang dia omongi.

Sudah saatnya kita bangkit mengikuti jejak pahlawan bangsa, mencontoh semangat jihadnya, meroboh tembok derita bangsa yang menyesakkan. Merebut kemerdekaan dari jajahan politik, ekonomi, pemikiran budaya bangsa lain. Sudah saatanya juga kita menghukum pengkhianat bangsa seperti orang-orang yang kita sebut HPKI (Himpunan Para Koruptor Indonesia). Wallahu’alam.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

kita berhutang budi kepada para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan ini. dimana penghargaan kita kepada para pahlawan yang kebanyakan tidak diketahui nama mereka?

Jannatul Husna mengatakan...

manusia adalah merdeka sejak dia dicipta bahkan sejak pertama kali, tetapi beragam hal membuat mereka harus terjajah, salah satu ialah sistim. lihatlah carut marut sistim pendidikan kita? adakah mereka memberikan kemerdekaan berfikir terhadap anak bangsa? adakah liberalisation pendidikan berarti kita telah menemui kesejatian merdeka, atau malah terjajah oleh belenggu kolonial modern tanpa senjata api, dan berondongan peluru meriam.
kemerdekaan diri; baik hidup, berfikir, berbicara dan banyak lagi, mestinya menyumbang kesadaran pada hak-kewajiban Tuhan yang mustahak dalam kemerdekaan diri-Nya. Wallahu a'lam.