Takdir kami dalam sistem sunnah mu ya allah

18 Agustus 2008

KEwajiban BElajar MEngajar

Pendahuluan

Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di ala m ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT. Dalam makalah yang sangat sederhana ini penulis mencoba menjelaskan tentang Kewajiban Belajar Mengajar. Semoga bermanfaat.

  1. Kewajiban belajar
  1. Prinsip dasar menuntut ilmu (Belajar)

Menuntukt ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat ddari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusian tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.

Karena menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sangat tepat wahyu pertama turun kepada nabi SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu).

Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya[1].Dengan demikinan, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut. Antara lain: menyampaikan, menela’ah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan lain sebagainya[2].

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ketika nabi SAW diperintah untuk membaca Iqra’ oleh malaikat Jibril, Nabi SAW bertanya ma Aqra’ ?tetapi malaikat jibril tidak menjawabnya. Ada yang berpendapat Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar beliau dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi rabbika, dalam arti bermanfaat untuk manusia dan dirinya dunia dan Akhirat. Demikian Allah memberikan ransangan kepada manusia, agar senantiasa mengerahkan segala daya dan upayanya dalam menuntut ilmu.

Syekh “Abdul Halim MAhmud (mantan pemimpin tinggi Al-Azhar Mesir) serbagaimana dikutip Quraish Shihab dia menulis dalam bukunya al-Qur’an Fi Syahr al-Qur’an: “ dengan kalimat iqra’ bismi Rabbika, al-Qur’an tidak hanya sekedar menyuruh membaca, tetapi membaca adalah lambing dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan “bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu” . demikian juga ketika kita berhenti melakukan aktifitas hendaklah didasari pada Bismi rabbika sehingga akhirnya ayat itu berarti “jadilah seluruh kehidupanmu, Wujudmu, dalam cara dan tujuanmu, kesemuanya demi karena Allah semata[3].

Dalam surat Al-alaq Allah mengisyaratkan bahwa dia adalah guru pertama bagi manusia. Dapat kita kutip salah satu ayatnya yang ke 5.

Segala potensi yang dimiliki manusia sebagai jalan untuk mengetahui sesuatu baik berupa isyarat yang jelas (tampak) maupun yang tersembunyi yang hanya mampu ditangkap dengan indra yang abstrak merupakan cara Allah mendidik manusia.

Quruaish Shihab mengatakan, Al-Qur’an sejak dini memadukan usaha dan pertolongan Allah, akal dan kalbu, pikir dan zikir, iman dan ilmu. Akal tanpa qalbu menjadikan manusia seprti setan. Iman tanpa ilmu sama dengan pelita ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita ditangan pencuri[4].

Jelaslah prinsip dasar manusia menuntut ilmu (Belajar) tidak luput dari unsure wahyu ilahiyah, maka tidak pantas manusia sebagai penuntut ilmu melepaskan diri dari wahyu Ilahi Sebagai ayat-ayat Qauliyah. Karena petunjuk yang tidak akan ditemui di alam (ayat-ayat kauniyah Allah) hanya dapat ditemukan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

  1. ayat- ayat Qauniyah sebagai sumber ilmu

Qs. Ali-Imran (3): 190-191.

Ayat ini diturunkan untuk menerangi akal dan hati manusia dengan dalil-dalil tentang keesaan Allah dan kekuasaan Allah. Sebagai ikatan dalam sebuah tuntunan yang kuat tentang fakta Science yang dicapai oleh para ahli, melalui obserfasi, eksperimen, dan penyimpulan. Fakta tersebut dapat dijadikan jalan untuk merenungkan kemaha agungan Allah SWT, merenungkan tanda-tanda kebesarannya. Ayat-ayat al-Qur’an yang kita baca hari ini tidak sedikitpun berbeda dengan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca pada zaman Rasullullah SAW dahulu, tetapi tidak pernah berbenturan dengan ilmu pengetahuan (sains) hari ini, dan sampai akhir masa.

  1. Kedudukan Orang Yang Mengajarkan Ilmu.

Ayat ini turun ketika semangat kaum muslimin untuk jihad kemedan pertempuran mencapai puncaknya, semua kalangan umat islam berbondong-bondong untuk ikut berjihad dimedan perang. Sehingga tidak ada lagi orang yang tinggal untuk memperdalam ilmu keislaman. Yang dilakukan kaum muslimin sangat beralasan, karena begitu mulianya orang yang berjihad ke medan pertempuran melawan kaum kafir, apalagi mati sebagai syuhada’.

Qs. 3: 169

Inilah yang menjadi motifasi kaum muslimin. Orang yang syahid dianggap tidak mati, karma ia akan mendapat kemenangan disisi Allah SWT.

Jihad terbagi kedalam beberapa macam, diantaranya adalah jihad menghadap orang-orang kafir, munafiq, setan dan hawa nafsu. Selain itu memberantas kemiskinan, kebodohan, penyakit, dan lain-lain. Adalah jihad yang tidak kalah pentingnya dari jihad mengangkat senjata melawan orang kafir. Ilmuan berjihad dengan mengajarkan ilmunya, guru dengan pendidikannya, pemimpin dengan keadilannya, pengusaha dengan kejujurannya, demikian seterusnya. Skhusus untuk pengajar, ayat diatas telah memberikan motifasi kepada kita bahwa orang yang berjihad dimedan juang dengan orang yang pergi belajar kemudian mengajarkan ilmunya memiliki kedudukan yang sama disisi Allah SWT.

Jadi kebaikan menuntut ilmu dan mengajarkannya sama pahalanya disis Allah dengan jihad. Barang siapa yang memberi contoh kebaikan , kemudian kebaikan itu dicontoh oleh orang lain, maka dia akan mendapat kebaikan yang sama dengan orang yang melakukan tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya, begitu juga sebaliknya. Demikian ungkapan yang sementara dianggap dari Rasulullah SAW.

PENUTUP

  1. kesimpulan
  1. belajar mengajar adalah suatu keharusann dilakukan oleh seorang muslim dalam rangkan memanfaatkan potensi akal yang diberikan Allah SWT
  2. mengkaji dan mendalami ayat-ayat Allah Baik Qauliyah maupun Qaauniayah, akan semakin membuka peluan terciptanya ilmu-ilmu baru dan peradaban baru yang lebih baik.
  3. Orang yang menuntut ilmu lalu mengajarkannya memiliki kedudukan yang sama dengan kebaikan orang yang jihad di medan perang melawan orang-orang kafir.
  1. kritik dan saran

karena tulisan ini dibuat dalam keadaan penulis yang sangat terbatas ilmu dan pemahamannya, sudilah kiranya bagi siapa saja yang membacanya untuk memberikan masukan dan saran demi tercapainya kesempurnaan pemahaman kita.

_ Makalah ini pernah diprensentasikan dalam mata kuliah tafsir ayat pendidikan jurusan tafsir hadits, fakultas ushuluddin, IAIN IB_


[1] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: lentera Hati, 2002. Volume 15) hal 392

[2] Ibid hal 393

[3] Ibid hal 394

[4] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an. Bandung . Mizan, hal 7

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalaamu'alaikum wr. wb. sangat bermanfaat. trima kasih

patyacono mengatakan...

CASINO - 1377 Bwy, Las Vegas, NV - Mapyro
Find the best CASINO 보령 출장마사지 in 영주 출장샵 Las Vegas. Mapyro® offers information on everything you 경상북도 출장샵 need to know about 여주 출장안마 the Las 화성 출장마사지 Vegas area.