Takdir kami dalam sistem sunnah mu ya allah

07 Maret 2009

Ghazwul-Fikri adalah Rahmat, Bodoh adalah Petaka

Oleh: Nofriyaldi

Sering kita dengar dari ceramah para Ustadz di masjid, sekolah, bahkan universitas, atau opini kebanyakan umat Islam yang sampai hari ini masih saja mudah kita temui, bahwa misionaris baik Yahudi maupun kristiani benar- benar kurang ajar, telah melakukan pelanggaran etika dalam keragaman agama, dan perusak aqidah umat Islam.

Saya melihat opini yang menganggap non muslim begitu licik meruntuhkan sendi2 agama umat Islam sangat sulit diterima secara logis, apalagi kita tidak terlebih dahulu melihat kesalahan umat Islam yang sangat mengabaikan straregi dalam membentengi diri.

Sebenarnya tanpa misionaris (non Muslim), Umat Islam akan menanggalkan sendiri asesoris agamanya yang Haq dengan senang hati, disebabkan kebanyakan Umat Islam kurang menyadari betapa pentingnya pendidikan, terutama pemahaman agama Islam yang merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah (Jalan Hidup Yang ditempuh Rasulullah SAW) dan Ulama tempoe doloe.

Kalaupun ada pesantren yang tersebar di berbagai daerah, kebanyakan dari pesantren tersebut pendidikannya lebih kepada orientasi intelektual " itupun banyak yang gagal melahirkan intelektual Muslim dari rahimnya", sementara moral dan spiritual santri terabaikan begitu saja. Apalagi sekolah-sekolah yang bukan berbasis agama, tentu lebih gagal lagi bagi siswa-siswanya yang juga mengabaikan pentingnya mengenal agama dengan baik.

Kita sudah saatnya berkaca melihat kesalahan sendiri, dan itu saya anggap lebih baik dari pada kita terus menerus menyalahkan orang lain. sementara kita sebenarnya punya kesalahan besar terhadap keberagamaan kita sendiri. Non Muslim punya Haq (diberikan Allah Haq) untuk menjalankan misi mereka, sedangkan umat Islam punya kewajiban mengenal Islam secara kaffah dan berilmu dengan baik agar selamat dunia dan Akhirat.

Apabila non Muslim berhasil menggelincirkan Umat Islam dari agamanya, itu menandakan Umat Islam tersebut dalam keadaan bodoh pemahaman keagamaannya, bukan karena hebatnya non Muslim dalam menjalani misinya. hal ini yang tidak banyak disadari oleh kebanyakan orang-orang Islam.

Wallahu a’lam
Tulisan ini awalnya komentar saya terhadap tulisan sahabat saya Usman, S.HI di blog pribadinya tentang “Ghazwul Fiqri di blog pribadinya lareh-simawa.blogspot.com . Selanjutnya rujuk: http://lareh-simawa.blogspot.com/2008/11/ghazwul-fikri.html
Semoga Allah melindungi kami

4 komentar:

Jannatul Husna mengatakan...

salam di...salut, truskanlah menulis. ada beberapa pengalaman yang (mungkin) perlu abang kongsikan dengan adi.
pertama, sebaik mungkin, gunakanlah kalimat pendek tapi padat makna. banyak orang menilai, (kita) kalangan mubaligh sering terbiasa dengan kalimat panjang, bajelo-jelo. tak jarang dijumpai penulis yang mubaligh itu hanya memerlukan satu titik tapi puluhan koma untuk satu pragraf (kalimatnya). ini perlu kita biasakan. menulis pendek tapi padat makna, diakui memang susah. yang enak itu adalah menulis semaunya, panjang bahkan asma pembaca bisa kambuh dibuatnya.
kedua, sedapat mungkin kita perlu mengasah ketajaman analisa, jangan biarkan emosi kita bergelayut mengalahkan fakta. ketika adi menulis tentang kebodohan itu adalah laknat. abang rasa terlalu cepat klaim adi itu. hemat abang, abang perlu tinjau lagi apa itu laknat? tidakkah lebih bagus adi menggunakan kata "kebodohan itu adalah petaka?". sebab orang bodoh tak bisa mengelola hidupnya sendiri apalagi memberi manfaat buat orang lain, jadilah petaka dalam hidupnya.
trus, perlu juga dijelaskan sebelumnya, bodoh yang bagaimana? apakah kebodohan yang alami, memang sudah begitu diciptakan (alias idiot) atau kebodohan yang bersumber dari kemalasan (alias normal)?
semua ini dalam rangka penambahbaikan (kata orang malaysia) tulisan-tulisan adi ke depan. elakkan semampunya faktor-faktor emosional. adi menulis tentang rokok misalnya. kenapa adi punya pandangan seperti itu, seakan-akan membela para perokok dari fatwa MUI? jangan-jangan karena adi merokok juga?
adi perlu ketahui, perkara rokok itu memang belum final, bahkan di negara-negara Arab. tapi kita mesti menyadari bahayanya rokok. Ulama Indonesia menfatwakan rokok itu haram setelah mengkaji lebih detail aspek mudaratnya. mereka bahkan melibatkan pakar-pakar kesehatan, dsb.
kalau adi pergi ke negara seperti malaysia (saja) atau singapura, merokok adalah sesuatu yang menyesakkan khalayak. karena itu, hanya satu pilihan bagi perokok, yaitu merokok = didenda. itu berlaku!
di padang, karena fatwa MUI tidak dikuatkan dengan pihak terkait, maka angkot yang penuh sesak, kita (masih) merasa tidak berdosa untuk merokok. karena apa? selain kita tidak hargai Ulama, kita juga BEBAL hukum (pekak hati). hehehhehh...
itu pandangan abang, kalau adi mau terus merokok tak masalah. yang jelas, adi harus sadar merokok adalah pembaziran (mubazir). kalaupun hukumnya menurut adi masih makruh.
mengenai hukum makruh pun adi perlu kembangkan. mungkin dibuah menjadi: kalau kita tinggalkan mendapat pahala, jika kita lakukan terasa rugi? mungkin bisa diterima, wallahu a'lam.
maaf ya kalau komen abang tidak berkenan? kebetulan hari kini abang agak santai, nggak ada kerjaan.

sukses trus buat adi di padang...


jannatulhusna
master of art
university of malaya

novriyaldi mengatakan...

Waw...ini yang kutunggu-tunggu selama ini, akhirnya datang juga....
he he....
he he he...

eh eh he he...jadi malu wak ..eh eh eh eh..

Thanks bangt bang, dengan rendah hati wak sampaikan kabang, tulisan di blog sederhana ini benr-benr butuh penilaian objektif dari siapa pun yang membacanya. terutama dari abang yang sudah jauh bergelut dengan ilmu pengetahuan agama.

Tidak wak pungkiri, sebahagian tulisan wak merupakan subjektifitas wak bana. semakin sering dan semakin tajam kritikan terhadap tulisan wak, insyaAllah kan menghantarkan diri wak kpada yang lebih baik dan lebih tepat dalam dunia tulis-menulis.

InsyaAllah, saran bang kan wak inok manuangi. tentang bahasa wak laknat, kini wak edit menjadi petaka. inilah kelalaian wak selama ini, wak harap bang indak bosan-bosan memberikan masukan dan kritikan trhdp tulisan wak yang lain, sangat besar harapan wak kabang. abang kan tau bana kualitas wak...yang masih butuh pengarahan.

tentang bodoh, sengaja tidak diuraikan karena dari konteks pembicaraan, wak pikir pembaca sudah bisa memahami bodoh yang dimaksud. lagi pula, orang-orang idiot atau autis, selama ini dianggap remeh dan diabaikan potensi luar biasa mereka, ternyata mereka bisa menjadi luar biasa melebihi kepintaran orang-orang normal seperti kita.

Di sekolah luar biasa (kalau ndak salah tampeknyo dijakara) orang-2 idiot telah mengantongi penghargaan dari muri sebanyak tujuh kategori yang berbeda-beda.

kalau yang kita maksud adalah bodoh/"gila" yang dima'afkan sebab gilanya, bagaimana kita mengkategorikannya kedalam tulisan ini, padahal dia sendiri dima'afkan Allah semua perilakunya. tentu sangat tidak bijaksana mereka terkategori kedalam tulisan ini.

sebenarnya tidak ada kesengajaan faktor emosional dalam tulisan ini, yang ada hanya wak kurang pandai menuliskan ide dengan cara penulisan yang baik. justru wak tidak sepakat jo orang-orang yng tulisannya berisikan sumpah serapah yang disandingkan dengan teks Nash yang sahih.

Tentang fatwa MUI Haram Rokok .
sebenarnya wak ndak membela perokok, atau karano wak merokok, bang bisa teliti baliak tulisan wak tentang rokok.

wah.. wah..bingung nih aku...

MUI tidak masuk akal saja tatkala meletakkan kata haram dalam fatwa roko itu. menurut pendAPAT wak, label HARAM pada TIGA KONTEKS yang dimaksud MUI tidak tepat. yang tepat itu menurut wak, Rokok itu HARAM (TITIK). ne terlepas dengan apa yang wak yakini sementara. he he he...........

bukan pekak hati lo bang, ehhh............jangan esmosi dong bang...........he he he he hhe he hee kwe ke ke kek ke.

Memang siapa saja ada potensi u pekak hati, tetapi menolak sesuatu yang kita belum sepakat, saya pikir tidak juga kita secepat itu mengatakan dia sudah pekak hati, bisa jadi dia belum sampai kepada kebenaran yang sebenarnya, atau ternyata dia lebih tepat dalam melihat sesuatu dari kita.

berbeda pendapat dengan ulama bukan berarti kita tidak menghargai ulama. bukankah ulama juga manusia? yang juga punya peluang besar untuk melakukan kesalahan? lain halnya kita menghina Ulama. tidak jarang kita temui dalam sejarah, ulama-2 yang tidak sepakat dengan gurunya.

skali lai Thanks bangt y bang....Nasihat abang wak terima, dan sangat wak hargai. berhenti merokok tidak semudah yang difikirkan orang2 yang tidak merokok.

semua perokok merasakan benr sakitnya dan meruginya merokok dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, menghentikannya itulah yang sangat berat. mudah2n nasihat abang kan terus malayang2 dalam fikrian wak, sehingga dalam waktu dekat wak bisa berhenti. InsyaAllah.

Wallahu a'lam....

Sukses jga tuk abang di malaisya....

sLm dahsyat....

Jannatul Husna mengatakan...

JANGAN SEKEDAR NASIHAT ITU MELAYANG-LAYANG DALAM FIKIRAN AWAK, TAPI BERHENTI SEKARANG JUGA!
hehehehhh...

TIDAK BERATLAH, HANYA PERLU KOMITMEN. KALAU DIRI TERBIASA DENGAN; TUNGGU ESOKLAH, MASIH LAMA LAGI, KAN MASIH MUDA BELUM KAWIN TIDAK ADA YANG DIBELANJAI, DSB., MAKA KITA AKAN TERPESONG OLEH KEBIASAAN BURUK ITU.

NABI S.A.W. TELAH INGATKAN; NI'MATAN MAGHBUN FIHIMA 'ALAIH AL-NAS, AL-SIHHAH WA AL-FARAGH (DUA NIKMAT YANG KERAP DIABAIKAN MANUSIA, NIKMAT SEHAT DAN KESEMPATAN).

SELAGI SEHAT MEMANG BANYAK HARAPAN DAN SEOLAH-OLAH SEGALANYA MUDAH, TAPI BILA SUDAH TERUK (UHUK...UHUK...UHUK), JANGANKAN GUNUNG, JALAN DATAR TERASA MENDAKI, NASI DINGIN SE KAN DIAMBUIH.

KEY...

GOOD LUCK!

JANNATUL HUSNA
KUALA LUMPUR

novriyaldi mengatakan...

Ehe he he he hee he he ke ke ke ek...............................................

Thanks bangt bang, InsyaAllah kan wak usahokan manguranginyo.....
bana sabanabananyo mah bang... awak sangat sadar bana lah maniayo diri....

good luck...